Rabu, 28 Desember 2011

I Miss You

"Kullu nafsin dzaa iqotulmaut" (setiap yang bernyawa akan merasakan mati, Quran surah Al-Imran 185)

Saya kaget dan sedih saat saya mendengar suami saya berbicara di handphone nya dengan seorang dokter hewan. Saya berdiri sejenak untuk memastikan apakah yang saya dengar itu memang benar. Kucing liar yang kurang lebih sudah delapan bulan berada di rumah akhirnya harus mati akibat penyakit scabies (kudis) yang dideritanya. Dan saya masih diam, bercampur rasa sedih dan haru. Kucing setia itu telah tiada.

Bulan Mei 2011, saat itu saya tengah hamil sekitar 7 bulan. Beberapa hari menjelang malam, saya dan suami sering sekali mendengar suara kucing kecil mengeong di depan rumah. Kasihan sekali suaranya, ia terus mengeong sampai serak. Mungkin ia mencari kemana gerangan sang ibu atau mungkin ia lapar. Keesokan paginya, saat saya dan suami hendak pergi ke masjid untuk solat subuh, kami ingin menangkap kucing kecil itu yang berada di rumah tetangga depan. Saat hendak ditangkap, kucing kecil itu laru dengan cepatnya, seolah takut akan kehadiran manusia. Selalu begitu saat kami ingin menangkapnya. Lalu, saya dan suami berpikir untuk tidak menangkap lagi karena kucing kecil itu sangat gesit. Tetapi, setiap malam ia selalu mengeong dengan memelas sehingga luluhnya perasaan ini dan kami berniat untu menangkapnya. Kali ini harus bisa tertangkap!

Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan, akhirnya kucing orange itu berhasil ditangkap. Awalnya kami memancingnya dengan makanan kucing yang ada di depan rumah. Saat kami sedang di dalam rumah, ternyata makanan kucing tadi dilahap habis oleh kucing kecil itu, begitu setiap hari sampai akhirnya ia agak melunak dengan kami. Lalu, kami beri ia nama, Pulgoso. Mama memanggilnya dengan Kempul, terkadang saya memfariasikan namanya dengan Pulocil atau Pulocong (sediiih).

Namun, sepertinya Meimei (kucing betina peliharaan MamaTita) tidak menyukai keberadaan Pulgoso di sekitar rumah. Pernah satu kali pulgoso saya masukkan ke dalam rumah, tanpa aba-aba, Meimei langsung menghampiri pulgoso dan mencakar tubuh kecilnya sampai pulgoso lari dengan ketakutan. Yaa..Meimei sangat tidak suka dengan pulgoso, hehhe.. Lambat laun, kami semakin akrab dengan pulgoso dan ia menjadi kucing yang sangat manja. Saat saya duduk di luar, dia selalu menghampiri lalu duduk di atas rok saya lalu tertidur (saya sedih mengenangnya).

Lalu, Umar pun lahir dan waktu saya tak banyak lagi untuk bermain dengan pulgoso di luar. Namun, setiap hari, jam 12 siang saya selalu melihat melalui jendela rumah keberadaan pulgoso dan memberinya makan. Saat ia mendengar pintu rumah terbuka, ia langsung lari menghampiri sampil mengelus-elus kupingnya di kaki saya. Pulgoso suka sekali tidur di tanaman rumah. Tubuhnya yang masih kecil membuat saya kebingungan mencarinya disela-sela dedaunan.

Saat saya mengajak umar jalan-jalan sore dengan stroller, pulgoso selalu mengikuti. Kami berjalan beriringan, ia berjalan di samping roda stroller. Saat saya pergi ke tukang sayur, ia selalu mengantar saya sampai ujung gang, begitu juga saat suami saya pergi ke mesjid, ia selalu mengantar. Kucing yang setia.

Tapi, beberapa minggu ini pulgoso tampak kurus. Perutnya kempes dengan tubuh yang kumal. Ia seperti tidak mau menjilat-jilat tubuhnya sendiri dan selalu merasa gatal di daerah kupingnya. Ternyata, pulgoso menderita penyakit kulit, kudis atau scabies. Kupingnya yang dulu bersih, kini kotor akibat tertutup kerak. Nafsu makannya berkurang. Sesekali saya berikan ikan cuek, dan ia makan dengan lahap.

Melihat kondisi pulgoso yang semakin tidak membaik, saya dan suami berniat untuk membawanya ke dokter hewan. Saya tidak menyangkan bahwa hari itu, Jumat, 23 Desember 2011 adalah pertemuan saya yang terakhir kalinya dengan pulgoso. Saya sendiri yang menyiapkan kardus untuk menyimpan pulgoso selama perjalanan ke rumah dokter. Di perjalanan, suami saya sempat meng-sms saya, begini..
Suami : pulgoso lepas.
Saya   : yaaah, terus gimana?
Suami  : sekarang dia ada di kaki nih, tiduran.

Keesokkan harinya saya dan keluarga pergi ke Bandung. Lalu, hari Minggu kelabu itu saya mendengar dokter hewan berkata pada suami saya bahwa kucing kecil meninggal karena penyakit kulitnya sudah parah.

dan saya terdiam..dan sedih

Selamat tinggal pulgoso,

I miss u a lot, a lot...

Jumat, 09 Desember 2011

Binahong, gak Bohong ngilangin sakit gigi..


Hem..mungkin gak banyak orang yang tau apa sih daun binahong, seperti apa bentuknya, dan apa khasiatnya.. jadi begini ceritanya..
Sehabis melahirkan Umar, sekitar usianya satu bulan, secara tiba-tiba saya diseranf sakit gigi yang tiada tara. Ngiluuu sengilu-ngilunya. Itu terjadi karena gigi saya ada yang bolong. Selama melahirkan, sudah sekitar dua gigi saya bolong dan patah. Tapi saya tidak berani menabal gigi karena alasan kehamilan. Sampai setelah melahirkan pun saya belum sempat mengunjungi dokter gigi juga..huff..
Alhasil itulah resiko yang saya terima, SAKIT GIGI. Kira-kira selama tiga hari saya harus menahan rasa nyeri tak tertahankan. Saya gak berani untuk minum obat-obatan, khawatir akan mempengaruhi ASI saya untuk Umar, ya jadi ditahan aja deh, sambil terus berdoa semoga sakit giginya cepet ilang..udah gak tahaan...
Waktu itu saya lagi nginep di rumah mama di Pamulang. Ada salah satu temen kakak saya yang menyuruh saya untuk menggunakan obat kumur. Tanpa pikir panjang, saya langsung bilang ke suami untuk dibelikan obat kumur. Saat itu suami saya tidak begitu yakin apa obat kumur bisa menyembuhkan sakit gigi. Akhirnya, setelah perdebatan yang alot, suami sayapun menyerah dan pergi ke minimarket untuk beli obat kumur. Langsung saya pake, dan menunggu hasilnya..
Di perjalanan pulang ke Pasar Minggu, kok sakit giginya gak ilang-ilang. Aah jangan-jangan emang bener kata suami saya kalo obat kumur gak bisa nyembuhin sakit gigi. Akhirnya saya tahan lagi sakit gigi yang belum juga rela pergi dari saya...
Besokkannya saya nyerah...akhirnya saya minum parasetamol. Sebelumnya, saya udah googling juga, katanya paracetamol aman diminum ibu hamil dan menyusui. Saya minumlah satu tablet paracetamol. Alhamdulillah bisa menghilangkan sedikit nyeri, tapi masih berasa sakitnya. Sampai-sampai, suhu badan saya meningkat dan meriang. Lebih parahnya lagi, gusi saya bengkan besaaar banget, dan jadi bahan olok-olok suami saya (sepertinya saat itu dia BAHAGIA sekali melihat pipi saya yang bengkak itu...). Gak sampe disitu, ibu mertua saya juga sampe kaget dan merasa terharu melihat pipi saya yang tiba-tiba menjadi “chubby..”
Seharian itu saya meriang...
Sampai akhirnya datanglah suami saya dengan membawa sebuah daun berbentuk imut-imut, dan yang baru saya tahu itu adalah daun binahong yang juga ternyata tumbuh di halaman pekarangan rumah. Alhamdulillah..
Daun binahong itu dipotong menjadi beberapa bagian kecil, dan dikulum di tempat gigi yang bolong. Lalu saya bawa tidur..
Sehari, dua hari..Alhamdulillah sedikit-demi sedikit rasa nyerinya hilang, walaupun masih suka muncul sesekali. Saya pakai binahong sampai beberapa hari, dan Alhamdulillah, Allah yang Maha Menyembuhkan, sakit gigi saya hilang dan bengkaknya juga berkurang..Subhanallah..
Melihat perkembangan yang signifikan itu, mertua saya teringat bahwa pernah ada tukang stroberry langganan yang datang ke rumah untuk minta daun binahong. Tukang stroberry itu bilang kalau daun binahong biasa dia pakai untuk menyembuhkan sakit giginya..
Alhamdulillah...terima kasih Ya Allah telah menciptakan berbagai macam tumbuhan dengan berbagai manfaat bagi manusia.
Allahu Akbar
J

Bentuknya kayak “love” ya.. :D

Senin, 05 Desember 2011

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakan yang kau dustakan?

Usianya sekitar 25 tahunan. Ia seorang gadis yang terlihat tua di usianya yang masih tergolong muda. Ia terlihat lemah dan tak bergairah di saat gadis-gadis lain seusianya sedang berproduktif tinggi, bekerja, kuliah, atau mungkin menikah. Tapi tidak dengan dia. Gadis ini tidak seperti kebanyakan gadis biasanya. Ia tidak memiliki cacat tubuh. Sekilas, orang awam yang melihatnya mungkin menganggap gadis ini pemalas karena tidak mau bekerja. Aah..itu hanya pandangan mereka-mereka saja yang tidak paham, karena gangguan jiwa telah merubah hidupnya 360 derajat.
            Beberapa tahun yang lalu, ia adalah gadis yang bersemangat. Berasal dari keluarga yang pas-pasan dan tinggal di sebuah kampung kecil. Orangtuanya sudah lanjut usia tetapi masih bekerja walau hanya serabutan. Yaa..untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Walau berasal dari keluarga yang tergolong tidak mampu, tetapi tak memutuskan semangatnya untuk tetap bersekolah. Ia berhasil lulus dari sebuah SMK di kampungnya, dan ia pun tidak merasa cukup dengan title lulusan SMK saja. Lalu dengan berbekal semangat yang tinggi, ia melanjutkan pendidikannya di kursus komputer dan berhasil lulus dengan title D1.
            Seorang gadis kampung yang memiliki semangat tinggi untuk menjadi pintar. Sebenarnya apa yang membuat ia begitu “haus” akan pendidikan ditengah-tengah kondisi ekonomi keluarga yang tergolong kurang ? Pertanyaan itu dijawab dengan sederhana olehnya, “ingin punya kerjaan yang bagus, punya uang yang banyak, terus bisa ngebahagian orang tua….”
            Begitu sederhana, tujuannya hanya satu, ingin melihat orangtua nya bahagia dan terlepas dari belenggu kemiskinan yang menekan mereka selama ini. Namun, pada kenyatannya ternyata benar ungkapan yang mengatakan bahwa “ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri!”. Bahkan bukan hanya di ibukota saja yang kejam. Di daerah kampungnya pun begitu. Jaman sekarang siapa yang membutuhkan tenaga lulusan D1 ? Sedangkan ratusan bahkan jutaan sarjana menganggur ?
            Kenyataan pahit itu harus ditelan mentah-mentah. Gadis ini memiliki semangat dan keterampilan komputer, tetapi siapa yang membutuhkannya? Puluhan perusahaan dan kantor-kantor ia datangi untuk mencari apakah ada perusahaan yang masih membutuhkan lulusan D1. Selama satu tahun gadis ini terus berusaha menggantungkan harapan untuk bekerja di kantoran, sehingga mampu meningkatkan derajat keluarganya. Namun, mungkin menurutnya kesabaran manusia sudah sampai pada batas terakhir. Ia putus asa. Ia lelah terus menunggu dan menggantungkan harapan sedangkan harapan itu tak kunjung melirik pada kehidupannya. Ia menganggur. Keterampilan komputernya tidak ia gunakan. Ia tidak memiliki peralatan komputer canggih di rumahnya untuk mencari lowongan kerja melalui jasa internet.
            Akhirnya ia menyerah pada nasib. Ia menerima tawaran menjadi buruh pabrik di kota Batam. Yaa..buruh pabrik. Gadis lulusan kursus komputer yang memiliki keterampilan harus mengalah pada kenyataan dunia dan menerima jalan hidupnya bekerja pada sebuah pabrik di Kota Batam. Kota Batam begitu jauh dari kampung halamannya, Jawa. Tapi apa daya, ia butuh bekerja dan menghasilkan uang. Ia masih menyimpan rapih cita-cita mulianya untuk membahagiakan orangtua nya. Dengan berat hati, ia berjalan menuju Batam, menjadi buruh pabrik. Pekerjaan yang tidak pernah terbersit dipikirannya sama sekali semenjak ia lulus dari kursus komputer. Gedung perkantoran dengan ruangan ber-AC, berpakaian rapih, satu set perlengkapan komputer, dan gaji yang bagus kini hanya sebatas masa lalunya. Saat ini yang ia hadapi ialah gedung besar yang pengap dengan peralatan mesin besar yang berasap, dan tidak ada gaji yang besar.
            Di Batam ia tidak bertahan lama, hanya satu tahun. Cita-cita mulia yang masih disimpannya menjadi “hantu” baginya. Ia terus dihantui dengan harapan ingin membahagiakan orangtua, sedang jiwanya yang rapuh tidak kuat lagi menahan sesak. Ia mulai menghayal dan berimajinasi setinggi langit bahwa ia memiliki kehidupan yang baik. Ia berhayal menjadi orang kaya yang tinggal di sebuah apartemen di daerah Poris, Tangerang. Ia berkhayal memiliki teman-teman seperti Pangeran William dan Henry dari Inggris. Ia berkhayal menikah dengan pemain sepakbola keturunan Italia. Khayalan itu berubah menjadi “penyakit” tak tersembuhkan. Sedikit demi sedikit ia menunjukkan gejala-gejala aneh dan berbicara sendiri, sampai akhirnya ia dikembalikan ke kampung halamannya.
            Sekembalinya dikampung, ia tidak lagi memiliki pekerjaan. Hanya dirumah berteman dengan khayalannya yang sudah sampai Kerajaan Inggris tersebut. Keluarga dan para tetangga prihatin melihat keadaan gadis yang dulu mereka anggap bisa menjadi tulang punggung keluarga itu. Beberapa tetangga yang merasa kasihan pun membantu gadis ini dengan menawarkannya pekerjaan. Tentunya bukan pekerjaan yang berat, apalagi pekerjaan yang baik seperti di kantoran. Tetapi pekerjaan yang ditawarkan kepadanya ialah berkeliling jualan goreng-gorengan. Gadis ini pun menerima tawaran tersebut, mungkin saja dengan berjualan gorengan, cita-cita kecilnya dulu masih bisa terwujud. Tapi, lambat laun gangguan kejiwaannya menjadi teman setia hidupnya.
            Kini, setelah bertahun-tahun berlalu sejak ia lulus kursus komputer D1, gadis ini harus dirawat di panti untuk jangka waktu yang tidak bisa di tentukan. Di sini, ia tak bosan-bosan bercerita mengenai teman-teman khayalannya di negeri Inggris tersebut, dan suaminya yang tinggal di apartemen di daerah Poris, Tangerang. Setiap hari ia mengeluhkan ingin pulang kembali ke Poris bertemu dengan suami khayalannya.
            Siapa yang mampu mengira kehidupan gadis ini akan berubah. Harapan yang mulia dan tidak berjalan mulus dengan kenyataan membuat ia memilih berteman dengan khayalan dan imajinasi dan berujung pada rahabilitasi di panti. Apakah cita-cita mulia untuk membahagiakan orangtua nya kini masih tersimpan di hatinya ?
Wallahu’alam bishowab….

Alhamdulillah..nikmat sehat masih Kau limpahkan..Ya Robb


Kamis, 01 Desember 2011

I know, YOU're here!

...ini adalah pengalaman pribadi yang pernah terjadi pada saya sekitar dua tahun lalu...

Hmm..cuma ingin berbagi sebuah cerita lewat notes ini. Mungkin ini sebuah cerita yang klasik, banyak orang yang pernah mengalaminya. Namun, seingat saya, ini kali pertama saya merasakan sebuah getaran, atau entah bagaimana saya mendefinisikannya, yang jelas saya merasa ada sesuatu yang luar biasa kala itu.

Kini, saya baru tersadar bahwa ternyata Allah selalu "berkomunikasi" dengan makhlukNya dalam berbagai macam cara, bahkan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Allah selalu menjaga, memperhatikan, melindungi makhluknya tanpa pernah saya sadari. Dan kini, bertambah keyakinan saya, bahwa Allah selalu ada, untuk saya.

Saya menyebutnya sebagai pengalaman spiritual.

Minggu itu, seperti biasa dimulai dengan biasa-biasa saja. Perasaan saya hari itu pun sangat datar. Antara perasaan malas, sedih, bingung, marah, apapun yang saya rasakan hari itu seperti datar saja. Dan benar saja, hari masih pagi, mungkin jam 10.00 pagi di hari Minggu. Ada satu hal yang membuat saja BT tidak karuan. SMS dari seorang teman membuat perasaan saya berubah drastis menjadi kesal. Saya lantas mulai memaki diri sendiri dalam hati, "uuhh..kenpa sih? semua orang kayaknya belakangan ini aneh banget, bikin BT!", "kenapa sih cobaan dateng terus? masalah yang satu aja ga selesai2, eh dateng lagi masalah lain!". Pertanyaan atas kekesalan itu terus menghantui pikiran saya, seolah-olah menyalahkan Allah. Astagfirullah...

Memang pada kenyataannya, beberapa hari itu saya merasa "terbebani" dengan berbagai hal. Capek, bosan, kesal, semuanya campur jadi satu.

Minggu itu, memang jadwal latihan di kampus. Selesai latihan, saya segera pulang, karena perasaan memang sedang amburadul, saya hanya ingin pulang ke rumah. Satu-satunya tempat yang paling nyaman untuk saya. Dalam perjalanan pulang, saya terus memaki diri saya, menyalahkan keadaan, dan menyalahkan semua hal yang membuat perasaan saya menjadi tidak karuan saat itu. Tiba-tiba, di jalan hujan. Dan lengkaplah sudah penderitaan. Perasaan marah, sedih, capek, ditambah hujan, perfect!. Bergegas saya naik ojek menuju rumah. Hujan yang deras ditambah angin yang kencang membuat bulu kuduk saya merinding kedinginan. Untung saja masih ada abang ojek yang mau mengantar saya. Biasanya, kalau hujan seperti tiu, abang ojek tidak mau mengantar, takut jatuh.
Dengan sigap saya duduk, seraya abang ojek menawarkan jas hujan untuk saya pakai. Jalanan licin sekali, ditambah motor yang dikendarai abang ojek melaju kencang, dingiin. Jas hujan yang saya kenakan berterbangan tertiup angin. Karena takut jatuh, saya lepaskan jas hujan itu dan membiarkan saya kehujanan. Saat saya melepaskan jas hujan, tanpa sengaja mata saya tertuju pada helm yang dikenakan abang ojek. Saya terdiam, terbengong-bengong melihat helm abang ojek, karena ada sesuatu yang begitu aneh yang saya rasakan.

"Bersabar, dan Tidak Mengeluh". Sticker yang tertempel di punggung helm abang ojek yang membuat saya diam sesaat. Dengan rintik-rintik hujan, suasana yang begitu menghangatkan hati. Dan saya tidak menganggap ini semua sebuah kebetulan, karena semua yang terjadi ialah kehendakNya. Disaat suasana hati yang kacau, badan yang lelah, seolah-olah Ia sedang berbicara pada saya bahwa saya harus bersabar dan tidak mengeluh.

Dan memang benar....

Ia tak pernah terlelap...

Selalu berbicara dengan makhlukNya dalam berbagai cara..

Terima Kasih Ya Rabbi.....


(Saya hanya ingin men-share pengalaman spiritual yang saya alami. Saya sangat senang bila teman-teman juga ingin membagi pengalaman kalian dengan saya...
:D)

thanks for reading...

Wassalamualaikum....ga

Hamnah, antara Nursing Strike dan Gagal Tumbuh

Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...