Minggu, 26 Juli 2015

Tentang ASI, Bayi Kuning, Puput Pusar dan ISK

Bismillah...

Insya Alah pertengahan September nanti akan kedatangan anggota baru di keluarga kami, yup kelahiran bocah yang ketiga. Alhamdulillah, so far, bisa melewati delapan bulan setengah ini dengan "yaa gitu deh :D". Hamil ketiga ini emang beragam warnanya, gimana nggak? Sambil hamil sambil momong dua bocah balita yang subhanallah...hahahaa.. Alhamdulillaah

Pengen sharing aja nih masalah-masalah yang kerap ditemui para ibu setelah kelahiran anaknya. Sama juga lah macam saya yang parno dan panikan. Saya juga udah pernah review tentang puput pusarnya Ali dan alhamdulillah beberapa ibu pernah mengalami hal yang sama. Tulisan ini juga berdasarkan pengalaman pribadi saya aja dalam merawat dua bocah balita, Umar dan Ali. Semoga bisa menjadi pelajaran juga buat saya supaya gak panikan setelah melahirkan.

"Aduhh..gw takut deh Ran ASI gw ga keluar setelah melahirkan nanti. Nanti bayi gw haus dong, trus gw terpaksa ngasih sufor deh". Kira-kira gitu deh curhatan salah satu sahabat saya yang saat ini juga lagi hamil tua. Wajar sih karena beberapa bulan lalu kakaknya melahirkan anak pertaman dan qodarullah ASI nya gak keluar. Sudah dibantu dengan suplemen, madu, kurma, sayur mayur tapi tetep ga keluar dan harus memberikan sufor. Yaa..saya sih ga anti sufor. Memang mungkin ada beberapa kasus medis dimana sang ibu ga bisa memberika ASI. Walaupun belum bisa memberikan ASI, insya Allah kasih sayangnya gak akan berkurang ya. Mungkin dikelahiran anak kedua dan seterusnya nanti ASInya bisa lancar.
Alhamdulillah, saya masih bisa memberikan ASI kepada kedua anak saya selama dua tahun. Walaupun tersendat-sendat ditengah masa-masa menyusui. Setelah lahir Umar, anak pertama saya, ASI saya juga gak langsung keluar. Saya harus menunggu satu hari setengah sampai akhirnya ASI saya keluar. Lalu, saat ASI saya belum keluar apa yang saya berikan kepada UMAR? Gak ada. Saya gak kasih sufor sama sekali. Walaupun ada beberapa anggota keluarga yang menyarankan memberikan sufor dengan alasan, "nanti anaknya haus lho", dan semacamnya. Alhamdulillah dukungan suami dan dokter Prita (spog) sangat membantu saya. Dokter Prita bilang kalau bayi yang baru lahir mampu bertahan selama 48jam tanpa asupan apapun, karena bayi masih memiliki cadangan makanan yang dibawanya selama ia dalam kandungan ibunya. Walaupun ASI belum keluar, saya tetap berusaha untuk menyusui Umar untuk merangsang saraf-saraf dalam PD untuk meroduksi ASI. Keesokannya, saat saya kembali kerumah, ASI saya sudah mulai keluar dan saya merasa sangat senang karena bisa mulai menyusui Umar.
Bagaimana dengan Ali? Jujur saya saat menanti kelahiran Ali, saya gak terlalu khawatir tentang ASI saya, karena saat itu usia Umar belum genap dua tahun dan Umar masih menyusu. Tantangan lain yang harus saya hadapi ialah tandem ASI. Yaa..meyusui dua anak itu sungguh melelahkan. Umar belum bisa menerima keadaan kalau ia harus berbagi ASI dengan adiknya, hahaha...

Masalah selanjutnya yang saya hadapi saat kelahiran anak saya yaitu tentang bililubrin atau bayi kuning. Bayi kuning ini terjadi pada kelahiran anak kedua saya, Ali. Berdasarkan hasil tes lab (saya lupa angka konkretnya), dokter jaga menyarankan agar Ali disinar. Memang Ali terlihat kuning. Biasanya bayi kuning itu kan bisa dilihat dari  kulitnya yang ditenag dan bagian mata yang berwarna putih itu terlihat pucat. Setelah menerima hasil lab Ali, suami saya langsung googling  buat cari second opinion. Yaa..masa sih harus disinar. Dan alhamdulillah, berdasarkan hasil googling-an, ternyata gak selamanya bayi kuning harus disinar. Karena bayi yang baru lahir memang fungsi organ hatinya belum matag secara sempurna (CMIIW). Dan akhirnya saya bawa pulang Ali kerumah tanpa terapi sinar. Lalu apa yang saya lakukan? Sama halnya dengan ibu-ibu lainnya yang saya lakukan ialah menjemur Ali di bawah jam 9 pagi. Saya jemur kira-kira 15 menit. Selama seminggu saya jemur alhamdulillah kuningnya agak berkurang (cek kulit dan lihat bagian mata yang berwarna putih) tapi kulitnya Ali jadi hitam karena dijemur hahahaa.. Yaa..gak papa lah daripada mesti nginep di RS lagi buat disinar. Lalu, saya periksakan Ali ke Markas Sehat buat kontrol aja sih, dan ketemu dengan dr.Arum. Terkait masalah bayi kuning ini, justru dr.Arum menyarankan agar tidak menjemur bayi yang terindikasi kuning, karena kulit bayi yang masih sensitif akan kalah dengan sinar matahari. Mungkin itu juga yang mengakibatkan kulit Ali agak hitam ya, hahaa. dr. Arum menjelaskan sebenarnya terapi untuk bayi kuning itu ya perbanyak saja ASInya, bolehlah diajak keluar rumah agar bayi mendapatkan sinar matahari pagi. Tapi tidak perlu disetiap hari harus dijemur. Alhamdulillah setelah mengikuti saran dari dr.Arum, seminggu kemudian Ali sudah tidak terlihat kuning lagi.

Hamnah, antara Nursing Strike dan Gagal Tumbuh

Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...