kira-kira, begitulah salah satu kalimat dari seorang ibu (mungkin, keliatannya masih mudah banget tapi) kepada anaknya (mungkin juga, atau keponakan) yang usianya kurang lebih 3 tahun.
Kemarin, sehabis pulang dari Masjid Istiqlal, saya, suami, umar, dan naya (adik saya), pulang dengan menggunakan kereta api dari stasiun Gambir, karena si enay kepengen banget naik kereta.
As always you can imagine, it was full of people. Alhamdulillah, ada embak-embak baik yang mau ngasih tempat duduk buat saya dan umar plus naya dipangku :D.
Saat duduk itu, saya terus memperhatikan dialog antara ibu muda dan anak kecil itu dalam kereta. Sang ibu muda bersiri, sedangkan anaknya berdiri pula di tempat duduk (yaa..kira-kira seperti itulah,,hehe)
Dengan volume suara yang besar, ya pantes aja dialog ibu muda dan anak ini cukup menarik perhatian saya, disaat orang-orang dalam kereta pada terlelap tidur.
Yang sangat menarik perhatian ialah, hampir sebagian besar omongan ibu muda ini berisi ancaman dan kebohongan terhadap anaknya. setidaknya itulah yang saya dengar selama perjalananan Gambir-Tanjung Barat. Bener deh..walaupun dengan logat anak-anak, ibu muda ini berkali-kali meyisipkan kalimat-kalimat ancaman dan kebohongan, bahkan anaknya sendiri di label 'badung"..kasian bener, masa anak kecil dibilang badung sih bu, nanti kalo jadi badung beneran, repot lho!
nih, percakapannya...
1. Ancama
Ibu muda : ociiin (nama anaknya), kamu jangan badung apa! tuh liat tuh kereta tuh..
Anak : wiih...keleta, keleta galak ya?
Ibu muda : iya keleta galak, nanti kalo kamu badung bisa ditabrak sama keleta galak. Nih, keleta, kalo ocin badung ditabrak aja.
Saya : (masya Allah), itu ibu galak apa sadis???
2. Labeling
di sebelah anak ini (ocin), ada seorang bayi perempuan. lalu, ocin memberikan sebuah cokelat kepada bayi ini. tak lama kemudian, ocin malah mengambil kembali cokelat yang ia berikan kepada bayi perempuan tadi, hehe...
ibu muda : De, bayinya kayak si Tasya ya (menyebutkan salah satu nama saudara ocin, hehe mungkin)
Anak : iya, kayak tasya yaa..
ibu muda : eh..tapi kan si tasya anaknya badung juga ya, KAYAK PREMAN!
Saya : (WHAAAAAT), masa anak kecil dibilang mirip PREMAN? Istighfar
3. Kebohongan Pertama
Kita tau kan, kalo naek kereta api itu kita bisa liat jalanan ibu kota dari atas. selain itu, perumahan-perumahan penduduk di samping kiri dan kanan kereta juga menjadi pemandangan yang asyik.
Anak : (sedang sibuk melihat-lihat rumah di samping kereta)
Ibu muda : eh tuh liat tuh, di rumah itu kan ada kolem (baca : kolam) renangnya ya..kan ada IKAN HIU nya di sana !
Kebohongan Kedua
Saat sang anak sedang melihat-lihat jalanan.
Ibu muda : eh sini sini...nanti ada IKAN HIU lho..
Anak : mana ikan hiu nya ? (dengan nada polos dan rasa ingin tahu)
Ibu Muda : ada, entar...
Saya : (ihh... boong mulu deh kamyu)....
Ckckck...saya terus memperhatikan bagaimana ibu muda ini berinteraksi dengan anaknya. Ancaman, kebohongan, Labeling, semuanya disisipkan dalam komunikasinya. tanpa dia sadari, kalau anak sudah mampu mencerna apa yang mereka perbincangkan, walaupun secara sederhana. contohnya, saat ibu mudah itu bilang kalo anaknya badung, lambat laun anak akan berperilaku layaknya anak badung... Masya Allah
Rasulullah kan sudah mengajari kita untuk berkata baik kepada anak-anak kita.
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُون
“Janganlah kalian menyeru (berdoa) atas diri kalian kecuali dengan sesuatu yang baik. Karena, sesungguhnya malaikat akan mengaminkan atas apa yang kalian ucapkan.” (HR. Muslim no. 920).
wallahu'alam bish showaabd
Astagfirullah, sedih dan geregetan bangetttt T.T semog kita dilindungi Allah dari mendzalimi diri sendiri & anak-anak kita ya. Serta dimampukanNya menjadi orang tua yng sholih/hah. Amiinnn...
BalasHapus