Selasa, 24 November 2015

Umar, si sulung

Bismillaah...

Umar...
usianya kini memasuki angka 4, tepatnya 4 tahun 3 bulan. Ini adalah bulan ke-empat Umar memasuki dunia barunya, dunia sekolah. Abang, begitu kami memanggilnya, mulai menikmati hari-harinya di sekolah. Bahkan, tadi pagi ia memaksa untuk pergi ke sekolah meski sebenarnya ia sudah hampir terlambat. Saya dan suami tidak ingin terlalu memaksakan umar untuk sekolah. Santai saja lah, apalagi abang masih duduk di bangku Play Group. Kalau abang sedang tidak ingin sekolah dan memilih bermain dengan temannya dirumah, yasudah. hehehe...

Awalnya, tidak mudah untuk abang beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Tempat yang baru, guru, dan teman-teman yang baru membuat abang tidak mau lepas dari saya. Pokoknya saya harus berada tepat disampingnya sampai jam belajar usai. Mengingat masa-masa itu membuat saya tertawa. Bagaimana tidak, saya harus menemani umar disekolah dan serta merta membawa Ali plus kondisi saya yang sedang hamil tua. Hehehe..lengkaplah. Walaupun jarak sekolahnya dekat, tetap saja butuh effort yang besar untuk ibu hamil saat itu. hahaha. Di dalam kelas pun umar belum bisa mengikuti kegiatan. Ia lebih banyak duduk diam dan nenarik-narik jilbab saya agar saya tidak keluar dari dalam kelas. Saya dan suami menganggap wajar sikap umar. Anak seperti umar bukanlah anak yang tidak bisa beradaptasi, tetapi ia hanya butuh waktu untuk mengenal lingkungan barunya. Diperjalanan pulang sekolah, saya selalu bilang ke umar kalau nanti adik bayi sudah lahir, ibu tidak bisa lagi menemani abang di sekolah. Ibu harus berada di rumah bersama adik bayi. Jadi, nanti abang diantar ke sekolah oleh bapak atau jiddi dan pulang di antar oleh ummu aman (salah satu ortu di sekolah). Alhamdulillah..setiap saya mengatakan itu umar mampu mengerti maksud saya. Awalnya saya agak khawatir jika umar tidak mau lagi sekolah jika tidak saya antar dan tidak ditemani. Pun, kalau hal itu sampai terjadi ya sudah gak masalah.

Dan, saat hari itu tiba dimana saya gak bisa lagi menemani umar di sekolah, justru saya mendapati hadiah yg sangat manis. Umar, anakku yang sholih, dengan mndirinya ia mau berangkat ke sekolah diantar oleh bapak. Untuk saya dan suami, kemandirian umar ialah sebuah kemajuan yang pesat. Bagi orang-orang yang mengenal umar, mungkin akan berpendapat jika umar anak yang pendiam, tidak banyak omong, cenderung sulit beradaptasi dan pemalu. Hehe..saya sih biasa aja nanggepinnya. Gak ada yang salah kok dengan anak yg pemalu, pendiam atau apalah. Setiap anak kan unik, mereka lahir sudah sepaket dengan bawaannya. Barangkali sifat umar yang lebih cenderung pendiam merupakan turunan dr sifat kedua orangtuanya. Dan saat ini saya pantas berbahagia, karena umar sudah mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Sudah punya teman akrab di rumah, sudah mau menghafal juzz amma di sekolah, juga sudah punya teman bermain mobil-mobilan di sekolah -Yahya, namanya-.

Umar berangkat ke sekolah jam 7.15 pagi. Sebenarnya sekolah dimulai pukul 08.00, tetapi umar ingin datang lebih awal sebab ia ingin bermain lebih lama dengan teman-temannya. Kegiatan di sekolah diisi dengan opening class, sholat dhuha, dzikir, murojaah, dan bermain. Umar senang sekali jika bu guru mengeluarkan kertas origami dan lem. Kegiatan lain yang umar senangi ialah menggambar dan mewarnai. Bu guru bilang kalau umar saat ini sudah jauh lebih baik dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Umar sudah mau mengeluarkan suaranya saat murojaah atau saat ditanya oleh bu guru. Sekecil apapun perkembangan yang umar berikan, merupakan kemajuan yg besar bagi saya dan suami.

Semoga umar menjadi anak yang sholih, anak yg pintar, yang sehat ya. Semoga umar makin sayang sama bapak, ibu, ali dan Isa.
Baarakallahu fiik..

love,
Ibu

Hamnah, antara Nursing Strike dan Gagal Tumbuh

Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...