Rabu, 11 Januari 2012

untukmu, wahai para da'i muda

Iseng baca koran hari ini, ternyata ada salah satu kolom suara pembaca yang menarik..

yuk disimaak.. co-past dari republika online nih, hehehe (malas ngetik)

Kamis, 12 Januari 2012 pukul 11:49:00

Tentang Dai Muda, Mohon Imbauan MUI dan Pimpinan Ormas


Kami dari Korps Da'i Dewan Masjid Indonesia (DMI) beberapa kali memperhatikan ceramah-ceramah kuliah Subuh yang disampaikan sejumlah dai muda di stasiun televisi swasta, tampaknya tidak lagi mengutamakan nilai dakwahnya, tetapi lebih mengedepankan hiburannya atau lucunya.

Ada yang menyampaikan dakwahnya dengan sikap yang tidak etis, seperti main-main. Ada yang menyampaikan tausiah dengan dasar yang tidak jelas, bahkan ada yang dakwahnya justru merusak akidah. Seperti dakwah atau tausiah dengan sulap dan lainnya.

Melalui surat pembaca ini, kami sampaikan; pertama, para dai muda, renungkanlah bahwa Anda mengemban amanat yang amat berat di hadapan Allah SWT. Anda sebagai bagian dari warasatul anbiyaa (pewaris para nabi). Sungguh besar dosa Anda jika menyampaikan risalah Nabi secara gegabah, main-main, dan tidak konsisten (QS 61:3). Lebih parah lagi kalau motivasinya materi dan popularitas.

Kedua, Tugas Anda mencerdaskan umat, bukan membodohi umat. Oleh karena itu, belajar dulu tentang akidah yang benar, agama Islam yang mendalam, dan serta konsisten mengamalkannya, barulah Anda berdakwah kepada orang lain. Ketiga, dalam dakwah/tausiah, janganlah memberi contoh-contoh atau ilustrasi yang tidak etis, jorok, atau contoh-contoh yang bertentangan dengan akidah, seperti sulap.

Keempat, kepada para pengelola stasiun televisi, hendaklah selektif memilih dai-dai muda, khususnya jangan hanya mengejar hiburannya dan rating-nya. Ingat, tugas media adalah mencerdaskan bangsa, bukan membodohi bangsa. Kelima, kepada Pimpinan MUI, NU, Muhammadiyah, dan ormas-ormas Islam, hendaklah memanggil dan memberi teguran yang keras kepada para dai yang tidak menyampaikan dakwahnya secara benar, sesuai Alquran dan Sunnah.

Keenam, perlu memberi peringatan dan teguran keras kepada para pengelola stasiun televisi yang menampilkan para dai atau penceramah yang tidak sejalan dengan tujuan dakwah Islam.

Drs Ruswanto Syamsuddin MAg
Ketua Umum Korps Da'i Dewan Masjid Indonesia

Selasa, 10 Januari 2012

belajar mendidik

Di media massa, baik televisi, koran, internet, kayaknya lahi heboh nih kasus pencurian yang dilakukan oleh anak--anak ialah seseorang yang berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah--.  Kalau pencurian oleh orang dewasa mah udah biasaa banget, lha ini pencurian oleh anak-anak. mungkin juga bukan baru kai ini aja orang-orang pada heboh beritain kasus yang menimpa anak-anak. kalau kita inget-inget lagi, sekitar tahun 2007 (kalo gak salah,), pernah ada kasus Raju. Kisah anak SD yang berantem sama teman bermainnya, lalu berujung dilaporkannya Raju ke polisi oleh orang tua teman nya tersebut. Bayangin aje, anak SD dibawa ke kantor polisi, apa gak ngeri tuuh? Lalu, kasus anak yang mencuri pohon tantenya, anak yang mencuri uang seribu perak, semuanya berakhir di kantor polisi dan berujung di pengadilan.. PERTANYAANNYA..emangnya gak ada kasus yang lebih BESAR lagi sampe-sampe kasus seperti ini yang seharusnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan malah diblow up ke media? Tanya Kenapaa???

well..emang gak ada ujungnya kalo terus-terusan bertanya KENAPA, dan nyalahin sistem pemerintahan yang  ini. terlalu banyak yang harus dikomentarin, tapi gak ada juga solusi yang pas. oke, katanya mau buat RUU peradilan anak. Lha, bukankah kita udah punya Undang-undang perlindungan Anak ya? hm..apa substansi materinya kali ya yang beda, tau deh..

kalo saya liat lagi (baru googling tentang UU peradilan anak), BAB pertama tercantum kewajiban orang tua. Ada kewajiban untuk pemenuhan kebutuhan anak, perlindungan anak, dan pemberian respect kepada anak. tapi, kalo mau mengomentari sedikit, mungkin bisa ditambah satu lagi, yaitu kewajiban orang tua untuk memberikan pendidikan dan contoh yang baik kepada anak. Bukan hanya pemenuhan hak anak secara material, kayak macam rumah yang layak, pakaian, sekolah, bla bla bla, tapi dimana kewajiban utama orang tua ialah sebagai pendidik. Bukan berarti saat orang tua sudah menyekolahkan anaknya ke sekolah bagus nan mahal, lalu terputuslah kewajiban orang tua sebagai pendidik utama. iya gak sih?

Enam bulan sekali, orang tua ngambil rapot anaknya ke sekolah. lalu orang tua bertanya ke gurunya,
"Pak/Bu, gimana anak saya?"

hm...ada yang ganjal gak sih dari kata-kata yang sering kita denger itu? seandainya guru tersebut menjawab,

"lho, bapak/ibu ini kan orang tuanya, harusnya lebih tau dan paham tentang anaknya dong"

masih banyaak lagi kalimat-kalimat janggal yang dilontarkan orang tua kepada guru di sekolah. Bukan mengeneralisir, tapi kebanyakan kan ya (pengalaman masa kecil, hehe)

Kemudian, kembali lagi ke kasus pencurian oleh anak-anak. Memang, anak-anak pada dasarnya gak bisa disalahkan sepenuhnya atas kesalahan mereka. kalo menurut teori psikologi, ada konsep yang namanya tabula rasa, yakni seorang anak itu lahir seperti kertas kosong, lingkungan luarnya lah yang akan "menggambar" kertas tersebut. mau gambarnya bagus atau jelek, ya tergantung yang menggambar. itu lah anak. lalu. ada juga Hadits Rasulullah sholallahu'alaihi wasallam, "Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, ” Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” Nabi Saw menjawab, Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu).” (HR. Aththusi).

Rasulullah sudah mengajarkan kepada para orang tua, melalui hadits di atas, bahwa salah satu hak anak adalah mendapat didikan yang baik tentang adab. Coba kita merujuk pada kasus pencurian. Menurut saya, pertama, seorang anak memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya, TAPI yang namanya pencurian ya tetep aja pencurian, tetap aja salah, baik dimata hukum apalagi dalam Islam. yang kedua, kewajiban orang tua lah yang mendidik dan mengajarkan adab-adab yang baik, apa yang boleh dilakukan, apa yang tidak  boleh. apa yang halal, apa yang haram. sehingga anak-anak tau bahwa yang namanya mencuri itu tidak baik.


Senin, 09 Januari 2012

siap tempur Mpasi

aiiihh....ribet yaa...
keluar masuk blog, website, semuanya nyari-nyari info buat Mpasi abang Umay...

Alhamdulillah udah 5 bulan 1 minggu nih, sebentar lagi wisudaan deh..asiiik..

tapi, yang lebih asik lagi..ngumpulin artikel-artikel buat Mpasi si abang. Mulai dari menu, peralatan masak, perlengkapan makan, sampai tepung gasol yang katanya gak direkomendasiin buat Mpasi.

untungnya saya kan siap sedia terus di rumah, jadi menurut para ibu-ibu muda di group fesbuk, mendingan bikin sendiri aja menu makanannnya, bener-bener yang home made. Kalo tepung kan tinggal dicampur aer, ASI, sufor, atau buah, tapi teteeup gak home made.
okelah..mari kita buat sendiri makanan abang umar :D

biar gak lupa, nih perlengkapan tempur yang mau dibeli..

1. blender. buat ngalusin makanan. tapi kata ibu-ibu di group, lebih baik pake saringan kawat atau grinder aja, biar tekstur makanannya masih tetep ada. kalo pake blender, tekstur makanan akan hilang. biar bayi juga bisa mulai merasakan tekstur makanan. kayaknya ada nih dirumah, jadi gak usah beli :D

2. slow cooker.. hm..perlu gak yaa? gak tau juga bnetuknya macam mana (baru denger kalo ada alat beginian buat masak, heehee)
ternyata kayak gini penampakannya..hehe..skip duluu..

3.Grinder.. nah, ini katanya lebih bagus dari pada pake blender. ini kan yang biasanya buat ngalusin daging bukan?
 4. Pisau, talenan, kukusan, saringan kawat yang semuanya stainless steel..hemm. iya sih harus beli baru, kan yang ada di rumah udah dipake buat motong bawang, cabe, daging, hehehe...

5. Peralatan makan abang umar. Sendok botol, mangkuk, sendok beneran, slubber.. Semalem sempet googling, dapet alat makan PUKU, tapi barusan googling lagi, dapet Munchkin.. heem..cari yang murah dan bagus, hehehe

6. Storage atau penyimpanan makanan. Nah..sepertinya ini juga penting. ini buat nyimpen-nyimpen makanan umar 2-4 hari ke depan. itung-itung efisiensi waktu dan tenaga :D. kan nantinya bisa disimpen di kulkas, lalu tinggal dipanaskan.. bisa pake tuperrware yang kecil-kecil gitu,,,

sik asiiik...tinggal belanja nih :)

when i grow old with you

akibat lupa nge-save, dan ilang :(

well, kita mulai lagi dari awal...!

Saya teringat kejadian beberapa hari lalu, hari sabtu malam minggu lalu. Kejadian yang membuat saya terus berpikir sampai saat ini.

Sabtu, malam minggu lalu, saya, suami, dan umar menghadiri undangan pernikahan teman suami saya di Deptan, Pasar Minggu. Alhamdulillah, karena dekat dari rumah, kami sampai disana sebelum acara dimulai.

Setelah selesai memarkirkan mobil, kami bertiga langsung menuju gedung acara. Saat kami masih di halaman gedung, tiba-tiba terdengar suara "gubraak" yang membuat kami langsung menoleh ke arah datangnya suara. Ternyata, ada seorang ibu yang usianya sekitar 60 tahunan sedang terjatuh di atas kubangan air. Separuh bajunya basah. Malam itu Jakarta sedang diguyur hujan, sehingga banyak kubangan air di halaman gedung.

Ternyata, bukan soal jatuhnya ibu tadi saja yang membuat saya dan suami kaget. Tak selang lama dari jatuhnya ibu tersebut, omelan dari sang suami juga cukup mengagetkan dan membuat hati miris dan sedih.Sang suami yang berada di depannya, tak lantas menolong istrinya yang jatuh, melainkan malah mengomelinya.

"kan udah dibilangin kalo disitu licin. kenapa lewat situ juga?" Omelan dari sang suami yang membuat tamu undangan yang berada di halaman ikut menoleh.

Namun, bagaimana reaksi sang ibu? Tak tampak raut wajah kesakitan atau marah. Ia hanya senyum sambil merapikan bajunya yang basah. Tapi, dalamnya hati siapa yang tau? Rasa sakit yang bisa terkalahkan oleh perasaan malu dan sedih.

Lalu, kami pun memasuki gedung dan saling bertatapan. Tak lama, suami saya berkata,
"bener yah ternyata. kalau orang udah nikah puluhan tahun, udah gak ada romantis-romantisan. Buktinya, istrnya jatoh aja malah diomelin. Coba, kalo orang yang baru nihak? istrinya jatuh kan disayang-sayang".

--heniing--

Sesampainya di rumah, saya terus memikirkan peristiwa tadi. Lalu, iseng saya bertanya ke suami.

"hem...nati kalo kita udah lama nikahnya, kamu bakalan kayak gitu gak?"

"hm..gak tau (sambil senyam-senyum)"..jawabnya

Karena peristiwa itu, saya jadi inget kalau ternyata gak semua pasutri yang udah nikah puluhan tahun akan menjadi gak romantis kok. Saya udah buktiin sendiri.

Waktu saya masih hamil 'Umar. Saya dan beberapa teman kampus jalan-jalan ke Ragunan. Saat kami sedang liat kandang burung yang besar. Ternyata di depannya ada sebuah bangku yang sedang diduduki oleh sepasang kakek dan nenek. Mereka keliatan romantis deh. sesekali mereka saling melempar pandangan dan senyuman. Bahkan, tangan si kakek beberapa kali mendaratkan rangkulan mesranya ke pundak nenek. Mungkin aja, saat itu mereka sedang ngobrolin masa lalunya dulu. Saat si kakek ngelamar nenek, lalu mereka nikah, lalu punya anak, anak mereka nikah, sampai punya cucu dan cicit, dan mereka kembali berdua...

Hamnah, antara Nursing Strike dan Gagal Tumbuh

Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...