Bismillaah...
Umar...
usianya kini memasuki angka 4, tepatnya 4 tahun 3 bulan. Ini adalah 
bulan ke-empat Umar memasuki dunia barunya, dunia sekolah. Abang, begitu
 kami memanggilnya, mulai menikmati hari-harinya di sekolah. Bahkan, 
tadi pagi ia memaksa untuk pergi ke sekolah meski sebenarnya ia sudah 
hampir terlambat. Saya dan suami tidak ingin terlalu memaksakan umar 
untuk sekolah. Santai saja lah, apalagi abang masih duduk di bangku Play
 Group. Kalau abang sedang tidak ingin sekolah dan memilih bermain 
dengan temannya dirumah, yasudah. hehehe...
Awalnya, tidak mudah untuk abang beradaptasi dengan lingkungan sekolah. 
Tempat yang baru, guru, dan teman-teman yang baru membuat abang tidak mau 
lepas dari saya. Pokoknya saya harus berada tepat disampingnya sampai 
jam belajar usai. Mengingat masa-masa itu membuat saya tertawa. 
Bagaimana tidak, saya harus menemani umar disekolah dan serta merta 
membawa Ali plus kondisi saya yang sedang hamil tua. Hehehe..lengkaplah.
 Walaupun jarak sekolahnya dekat, tetap saja butuh effort yang besar 
untuk ibu hamil saat itu. hahaha.
Di dalam kelas pun umar belum bisa mengikuti kegiatan. Ia lebih banyak 
duduk diam dan nenarik-narik jilbab saya agar saya tidak keluar dari 
dalam kelas. Saya dan suami menganggap wajar sikap umar. Anak seperti 
umar bukanlah anak yang tidak bisa beradaptasi, tetapi ia hanya butuh 
waktu untuk mengenal lingkungan barunya.
Diperjalanan pulang sekolah, saya selalu bilang ke umar kalau nanti adik
 bayi sudah lahir, ibu tidak bisa lagi menemani abang di sekolah. Ibu 
harus berada di rumah bersama adik bayi. Jadi, nanti abang diantar ke 
sekolah oleh bapak atau jiddi dan pulang di antar oleh ummu aman (salah 
satu ortu di sekolah). 
Alhamdulillah..setiap saya mengatakan itu umar mampu mengerti maksud 
saya. Awalnya saya agak khawatir jika umar tidak mau lagi sekolah jika 
tidak saya antar dan tidak ditemani. Pun, kalau hal itu sampai terjadi 
ya sudah gak masalah.
Dan, saat hari itu tiba dimana saya gak bisa lagi 
menemani umar di sekolah, justru saya mendapati hadiah yg sangat manis. Umar,
 anakku yang sholih, dengan mndirinya ia mau berangkat ke sekolah 
diantar oleh bapak. Untuk saya dan suami, kemandirian umar ialah sebuah 
kemajuan yang pesat. Bagi orang-orang yang mengenal umar, mungkin akan 
berpendapat jika umar anak yang pendiam, tidak banyak omong, cenderung 
sulit beradaptasi dan pemalu. Hehe..saya sih biasa aja nanggepinnya. Gak
 ada yang salah kok dengan anak yg pemalu, pendiam atau apalah. Setiap 
anak kan unik, mereka lahir sudah sepaket dengan bawaannya. Barangkali 
sifat umar yang lebih cenderung pendiam merupakan turunan dr sifat kedua
 orangtuanya. Dan saat ini saya pantas berbahagia, karena umar sudah 
mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Sudah punya teman akrab di 
rumah, sudah mau menghafal juzz amma di sekolah, juga sudah punya teman 
bermain mobil-mobilan di sekolah -Yahya, namanya-.
Umar berangkat ke sekolah jam 7.15 pagi. Sebenarnya sekolah dimulai pukul 08.00, tetapi umar ingin datang lebih awal sebab ia ingin bermain lebih lama dengan teman-temannya. Kegiatan di sekolah diisi dengan opening class, sholat dhuha, dzikir, murojaah, dan bermain. Umar senang sekali jika bu guru mengeluarkan kertas origami dan lem. Kegiatan lain yang umar senangi ialah menggambar dan mewarnai. Bu guru bilang kalau umar saat ini sudah jauh lebih baik dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Umar sudah mau mengeluarkan suaranya saat murojaah atau saat ditanya oleh bu guru. Sekecil apapun perkembangan yang umar berikan, merupakan kemajuan yg besar bagi saya dan suami.
Semoga umar menjadi anak yang sholih, anak yg pintar, yang sehat ya. Semoga umar makin sayang sama bapak, ibu, ali dan Isa.
Baarakallahu fiik..
love,
Ibu
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya" (Quran Surah Ath-Tholaq : 3)
Selasa, 24 November 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayah Pulang
Ramadhan, hari ke 21. Masjid Baitussalam, Pasar Minggu. 22.38 wib. . . Pena telah diangkat, tinta telah mengering. Sungguh, tiada daun yang ...
- 
Ramadhan, hari ke 21. Masjid Baitussalam, Pasar Minggu. 22.38 wib. . . Pena telah diangkat, tinta telah mengering. Sungguh, tiada daun yang ...
- 
Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...
- 
Bismillaah... Awal ramadhan tahun ini saya mendapati berita yang membuat saya sedih. Bermula dari beberapa misscall yang masuk ke ponsel s...

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar