"Kullu nafsin dzaa iqotulmaut" (setiap yang bernyawa akan merasakan mati, Quran surah Al-Imran 185)
Saya kaget dan sedih saat saya mendengar suami saya berbicara di handphone nya dengan seorang dokter hewan. Saya berdiri sejenak untuk memastikan apakah yang saya dengar itu memang benar. Kucing liar yang kurang lebih sudah delapan bulan berada di rumah akhirnya harus mati akibat penyakit scabies (kudis) yang dideritanya. Dan saya masih diam, bercampur rasa sedih dan haru. Kucing setia itu telah tiada.
Bulan Mei 2011, saat itu saya tengah hamil sekitar 7 bulan. Beberapa hari menjelang malam, saya dan suami sering sekali mendengar suara kucing kecil mengeong di depan rumah. Kasihan sekali suaranya, ia terus mengeong sampai serak. Mungkin ia mencari kemana gerangan sang ibu atau mungkin ia lapar. Keesokan paginya, saat saya dan suami hendak pergi ke masjid untuk solat subuh, kami ingin menangkap kucing kecil itu yang berada di rumah tetangga depan. Saat hendak ditangkap, kucing kecil itu laru dengan cepatnya, seolah takut akan kehadiran manusia. Selalu begitu saat kami ingin menangkapnya. Lalu, saya dan suami berpikir untuk tidak menangkap lagi karena kucing kecil itu sangat gesit. Tetapi, setiap malam ia selalu mengeong dengan memelas sehingga luluhnya perasaan ini dan kami berniat untu menangkapnya. Kali ini harus bisa tertangkap!
Alhamdulillah, setelah melalui perjuangan, akhirnya kucing orange itu berhasil ditangkap. Awalnya kami memancingnya dengan makanan kucing yang ada di depan rumah. Saat kami sedang di dalam rumah, ternyata makanan kucing tadi dilahap habis oleh kucing kecil itu, begitu setiap hari sampai akhirnya ia agak melunak dengan kami. Lalu, kami beri ia nama, Pulgoso. Mama memanggilnya dengan Kempul, terkadang saya memfariasikan namanya dengan Pulocil atau Pulocong (sediiih).
Namun, sepertinya Meimei (kucing betina peliharaan MamaTita) tidak menyukai keberadaan Pulgoso di sekitar rumah. Pernah satu kali pulgoso saya masukkan ke dalam rumah, tanpa aba-aba, Meimei langsung menghampiri pulgoso dan mencakar tubuh kecilnya sampai pulgoso lari dengan ketakutan. Yaa..Meimei sangat tidak suka dengan pulgoso, hehhe.. Lambat laun, kami semakin akrab dengan pulgoso dan ia menjadi kucing yang sangat manja. Saat saya duduk di luar, dia selalu menghampiri lalu duduk di atas rok saya lalu tertidur (saya sedih mengenangnya).
Lalu, Umar pun lahir dan waktu saya tak banyak lagi untuk bermain dengan pulgoso di luar. Namun, setiap hari, jam 12 siang saya selalu melihat melalui jendela rumah keberadaan pulgoso dan memberinya makan. Saat ia mendengar pintu rumah terbuka, ia langsung lari menghampiri sampil mengelus-elus kupingnya di kaki saya. Pulgoso suka sekali tidur di tanaman rumah. Tubuhnya yang masih kecil membuat saya kebingungan mencarinya disela-sela dedaunan.
Saat saya mengajak umar jalan-jalan sore dengan stroller, pulgoso selalu mengikuti. Kami berjalan beriringan, ia berjalan di samping roda stroller. Saat saya pergi ke tukang sayur, ia selalu mengantar saya sampai ujung gang, begitu juga saat suami saya pergi ke mesjid, ia selalu mengantar. Kucing yang setia.
Tapi, beberapa minggu ini pulgoso tampak kurus. Perutnya kempes dengan tubuh yang kumal. Ia seperti tidak mau menjilat-jilat tubuhnya sendiri dan selalu merasa gatal di daerah kupingnya. Ternyata, pulgoso menderita penyakit kulit, kudis atau scabies. Kupingnya yang dulu bersih, kini kotor akibat tertutup kerak. Nafsu makannya berkurang. Sesekali saya berikan ikan cuek, dan ia makan dengan lahap.
Melihat kondisi pulgoso yang semakin tidak membaik, saya dan suami berniat untuk membawanya ke dokter hewan. Saya tidak menyangkan bahwa hari itu, Jumat, 23 Desember 2011 adalah pertemuan saya yang terakhir kalinya dengan pulgoso. Saya sendiri yang menyiapkan kardus untuk menyimpan pulgoso selama perjalanan ke rumah dokter. Di perjalanan, suami saya sempat meng-sms saya, begini..
Suami : pulgoso lepas.
Saya : yaaah, terus gimana?
Suami : sekarang dia ada di kaki nih, tiduran.
Keesokkan harinya saya dan keluarga pergi ke Bandung. Lalu, hari Minggu kelabu itu saya mendengar dokter hewan berkata pada suami saya bahwa kucing kecil meninggal karena penyakit kulitnya sudah parah.
dan saya terdiam..dan sedih
Selamat tinggal pulgoso,
I miss u a lot, a lot...
"Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluan)nya" (Quran Surah Ath-Tholaq : 3)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hamnah, antara Nursing Strike dan Gagal Tumbuh
Tiga bulan lalu, Hamnah tiba-tiba saja menolak untuk nenen. setiap kali saya tawarkan untuk nenen, dia selalu menjerit dan menangis. saya ...
-
Assalamualaykum... hehehe...(apaa coba pake ketawa).. hm...pernah ngalamin pusar bayi yang baru puput trus bau ga? saya pernah.. baru ka...
-
bismillah... alhamdulillah, udah hampir dua minggu ini bapaknya umar punya waktu yang lebih banyak di rumah. setelah melalui pemikiran ya...
-
Bismillaah... Awal ramadhan tahun ini saya mendapati berita yang membuat saya sedih. Bermula dari beberapa misscall yang masuk ke ponsel...
Sediiihhhhhh :'(
BalasHapusinalillahi wa innaillaihi raajiun, yah padahal kan dia lucu. Tapi ati2 loh, scabies itu nular ke manusia dan hewan lainnya. Coba liat kucing2 lain, apa kupingnya baik2 aja? terutama umar. Ati2. Coba bilang sih dari pertama dia lemes, gue kan punya obatnya...
BalasHapus@ ifa : iya faa, sediiih
BalasHapus@ ka yasmin : iya, lucu banget diaa... alhamdulillah, umar gak knapa2, kucing2 juga baik2... agak menyesal jg knpa terlambat bawa ke dokter..qodarullah.. emang obatnya apa teh?
@ all : maaf salah account :D
BalasHapus